Rabu, 13 Juli 2011

TETES-TETES KEBEKUAN PENYESALAN

Dingin udara pagi berhasil membekukan tubuh
Dan juga berhasil menyudutkan hati pada rasa sepi
Mengenangmu yang telah pergi
Bermain pada dunia tanpa nalar dengan wajahmu
Berharap di sana kau tesenyum
Entah untukku, entah untuk yang lain, aku tak peduli
Yang ku ingin hanya melihatmu tersenyum
Meskipun hanya bisa ku lihat dari jauh
Gemeletuk suara hati terpengaruh udara tak normal
Menyatakan protes kesendiriannya
Telah lama tak ada kisah antara kasih
Menyesalkan nafsu yang terlalu terpacu ketika itu
Berbicara lirih menawar sejuta kemungkinan kembali
Tapi sungguh kebetulan, tak ada lagi tawar menawar
Angin dingin perlahan saja membuat kulit ini penasaran
Seberapa tipis pendirian diri ini
Ketika dihadapkan pada kesenangan duniawi
Dingin…
Sedingin kebodohanku yang tak kunjung mencair
Sedikit penyesalan kali ini menghangatkan kebekuan
Mencairkan salah-salah membeku
Yang selalu menjadi ujung penghinaan yang wajib aku terima darimu
Maaf ujung lidah di hati seberang sana
Bagaikan musim kemarau menemukan muara sumber air
Terlalu menyejukkan
Hingga air mata tak mau lagi menetes
Entah bahagia, entah duka…
Yang terpancar hanya maaf
Tapi dia menghentakkan kaki di setiap ujung langkahnya
Meninggalkan aku sendiri tanpa berpaling walau untuk sekedar bertanya
Semenjak itulah cuaca dingin ini tak mau pergi
Membiarkanku bercermin pada air yang membeku
Atas wajah dan diri yang berpakaian dosa
Berjalan terlampau pelan karena lantai es juga terlalu licin
Membuatku seperti kakek tua tak berdaya
Dan lengkaplah sudah dengan perendahan diri yang kau cipta
Yang lebih miris dari suara sakit yang kesakitan
Aku tak sekalipun melihat matahari pagi lagi
Hanya ada bintang berpendar dan berkerlip berputar pada orbitnya
Membuatku sejenak mengobati luka penyesalan
Dan sejenak menulis kisah baru
Walaupun yang aku tahu
Tak pernah aku bertahan lama pada kisah baru
Hanya berjalan memutari kisah lama, dia
Seperti itu pun bagiku
Terlalu bodoh jika ku berharap pada bintang-bintang
Mereka sendiri tak mampu berdiri berlama-lama di atas sana
Mereka tak mampu bercahaya lebih lama untuk menghiburku
Mereka pun menyerah pada luka
Menjatuhkan diri pada bumi menjadi pilihan kepasrahan
Yang kulakukan setelah ini
Hanyalah menekuni hari-hari tanpa ada kompromi
Ya…walaupun dingin tak pernah berganti
Maka jiwa ini yang harus menyesuaikan diri
Mengenang, menghayal, menyesal
Semua kegiatan itu takkan pernah membawa bahagia
Pada esok hari ataupun saat ini
Dan jika dingin ini adalah konsekuensi yang harus kuterima
Dan jika dengan keadaan seperti ini salahku mulai terbawa tebusan dosa
Tetap seperti ini pun tak akan lagi aku mengeluh
Tapi biarlah hati ini memiliki cahaya
Cahaya yang walaupun dingin
Tapi tak hentinya menuntunku menuju cahaya abadi
Aku mulai dari semua yang kembali berawal
Menghayati tegaknya rasa-rasa yang menguasai jiwa manusia
Menuntut diri tuk kembali suci
Meski kenyataan tak mau menyepakati
Seluruh diri tetap percaya suatu hari nanti
Penyesalan ini akan menjadi pencerahan hati tuk jiwa sepi

0 komentar:

Posting Komentar

prev next