Rabu, 13 Juli 2011

salah jurusan itu wajar



Salah jurusan adalah hal yang wajar…
Seperti halnya yang aku lakukan dua tahun lalu, bimbang memilih jurusan mana yang lebih cocok, akhirnya masuk dalam lingkaran yang membuat aku harus menata hidup lagi di kampus yang baru.
Selama ini banyak yang dengan seenaknya mengatakan hal negatif atas keputusanku. Padahal mereka tak tahu apa-apa, tapi hak mereka untuk menyimpulkan apa yang mereka “sekedar” tahu. Sekarang, banyak sekali teman kuliah yang pengen banget pindah. Alasannya, karena kuliahnya berat atau memang cita-citanya bukan disini. Beberapa ikut tes lagi dengan modal “keberuntungan” atau menguji kemampuan diri sendiri, yang menurutku tindakan bodoh.
Yang modal keberuntungan, biasanya kalau lulus tes, akan ngomong “aku lo nggak pake belajar kemarin waktu tes”. Seolah-olah dia akan lulus tes 100 kali kalau ikut 100 kali lagi. Yang menguji kemampuan diri, apa nggak sayang sama duitnya? Daripada dibuat cuma-cuma, kalaupun masuk belum tentu diambil juga kan.
Alasan, itulah kekuatan awal yang kita temukan ditengah perjalanan untuk memicu diri melakukan sesuatu. Kalau ingin pindah, miliki niat yang kuat, jangan karena ikut teman, teman mau pindah, dapat tekanan kuliah sedikit saja sudah mengaku tidak sanggup lagi. Atau karena merasa tidak nyaman lagi, toh belum tentu ditempat yang baru akan mendapatkan tempat yang lebih nyaman. Miliki alasan yang kuat, karena ini berujung kepada pertaruhan masa depan, bukan sekedar kehilangan 150ribu, tapi akan banyak hal yang harus ditinggalkan bila nanti benar-benar pindah.
Dulu alasan yang aku miliki cukup kuat, walaupun tindakanku terkesan nekat, tapi semua itu karena aku sudah bertekad, tekadku sudah bulat. Alasanku, karena cita-cita dan cinta. Sejak kecil aku telah memutuskan untuk menjadi dokter, dan rasa cintaku kepada bangsa yang tumbuh kembali karena bergaul dengan anak-anak IPB.
Beruntung, tadi pagi aku mendengar dari dosen kalau sebentar lagi akan ada undang-undang yang akan menjadikan apoteker sebagai tenaga kesehatan. Kemungkinan besar, apoteker nantinya akan dikirim ke daerah pelosok, daerah yang ditinggal. Ya, bukan daerah tertinggal tapi daerah ditinggal, selama ini pemerintah salah menyebutnya. Bila memang daerah tertinggal, artinya mereka diberi kesempatan serta akomodasi yang sama dengan daerah lainnya, namun mereka tak bisa mengikuti atau memanfaatkan hal tersebut. Kenyataannya mereka tak pernah diberi pemenuhan kebutuhan yang sama, salah satunya adalah kesehatan, belum semua rakyat Indonesia bisa merasakan seperti apa peratan tenaga medis itu. Seperti yang pernah aku katakan kepada teman di IPB, keinginanku didunia kesehatan tidak muluk-muluk, aku hanya ingin memberi kesempatan yang sama kepada mereka yang selama ini memang sengaja ditinggal untuk mendapatkan pemenuhan kesehatan. Bukan karena orang kesehatan uangnya banyak, atau jurusan kesehatan itu jurusan yang terpandang, bukan karena itu. Just because I love Indonesia.
Apa kalian juga punya alasan yang kuat untuk berjuang dalam peperangan otak dan mental besok? Semoga kalian memilikinya. Be yourself, make your dream be real. Dream, pray, and make it happen.
Sebagai teman aku pasti mendoakan kalian mendapatkan mimpi kalian. Ya, aku pernah ada diposisi yang sama walaupun mungkin alasan yang kita miliki berbeda. Sekarang tinggal bagaimana ikhtiar masing-masing.
Do the best, and God will take the rest.
Oh iya, ada yang tanya, aku ikut SNMPTN lagi nggak? Ya, kita lihat aja nanti. :)

0 komentar:

Posting Komentar

prev next