Rabu, 13 Juli 2011

Kisah Yg Lain 2

 …hmmmh… aku tak mengerti tiba-tiba tadi lewat depan rumahnya waktu berbuka, dan aku juga tak mengerti, seperti jiwa, perasaan dan tubuh ini dituntun oleh satu kekuatan yang tak bisa kulawan. Kupandang dengan detail rumah hijau, yang digabung dengan apotik, di depan rumah itu ada mangga tua yang condong berdiri, 2 mobil terpakir rapi seperti biasanya, dan di dekatnya terdapat kolam kecil. Kali ini rumah asri itu sepi. Aku tahu mereka sedang berkumpul bersantap buka bersama-sama untuk terakhir kalinya pada ramadhan kali ini, dan mungkin suasana yang akan mereka rindukan setelah kehidupan civitas academica telah dia nikmati.
Aku heran saja kali ini, biasanya aku hanya lewat tanpa mau sedikitpun memandang, karena perih di sini, di hati. Ya…saat itu aku ingin sekali melihat dia, walaupun sekilas, aku tetap ingin melihat dia, walaupun dari kejauhan hanya tampak samar. Hatiku berkata, mungkin sebentar lagi keluar, sekarang waktunya shalat maghrib, dan aku lupa kalau hanya papanya yang sering berjamaah di masjid. Hmmm…ya setidaknya dia keluar untuk membuang sampah atau apalah, begitulah bayangan konyolku, harapan itu sia-sia saja, di dalam rumahnya ada tempat sampah dan yang biasa membersihkannya adalah orangtuanya. Sebelum bis yang mengantarku ke kota berangkat, sekali lagi kupandangi dengan seksama, dan setiap detik yang berjalan terasa begitu pelan mengalun mengiringi lengkapnya suasana pilu oleh gelapnya mendung dan gerimis. Baiklah…aku tarik nafas dalam-dalam hingga paru-paru tak mampu lagi menampungnya, kemudian dengan semua perasaan yang pernah tinggal bersama penghuni rumah itu, kenangan yang dia cipta, dan arti yang dia ajarkan perlahan-lahan aku hembuskan dari paru-paru, sebuah hembusan nafas kelegaan dan kebebasan, dan dari hati sebuah gumpalan perasaan raksasa yang selama ini menyiksa turut serta keluar mengalir di udara. Semuanya terbang perlahan ke bagian belakang bis dan keluar jatuh di aspal yang telah basah sejak sore tadi di serang gerimis. Sejenak diam, dan jduaash…kendaraan di belakang bis yang kunaiki, begitu cepat karena tergesa-gesa oleh malam takbiran, melindas gumpalan itu tanpa mau peduli.
Huuufph…di malam yang suci itu, hati ini lega. Dan aku ucapkan pada diriku sendiri, ya…untuk yang terakhir kalinya saja. Cukup sampai di sini. Cukup dengan perasaan ini. Dan cukup dengan penyesalan ini.
Hati ini telah kembali kosong, dan siap untuk diisi…oleh kisah lainnya…

0 komentar:

Posting Komentar

prev next